40 Quotes by Achmad Aditya Avery
- Author Achmad Aditya Avery
-
Quote
Menghancurkan atau memperlambat langkah temanmu hanya karena kamu tidak suka melihatnya lebih bahagia kehidupannya dari kamu itu sangatlah hina, kamu bahkan tidak tahu tetesan air mata bahkan darah yang telah dilaluinya untuk mencapai kehidupan yang dia inginkan itu. Jika itu sudah terlanjur kamu lakukan, temui dia dan minta maaflah.
- Share
- Author Achmad Aditya Avery
-
Quote
Mereka yang selalu meyakinkan anaknya yang sedang terpuruk, merangkak, yang hampir menyerah di pelukan tanah. "Tidak apa-apa, lanjutkan saja. Itu bukan masalah.
- Share
- Author Achmad Aditya Avery
-
Quote
Mungkin kata 'bakat atau minat' terlalu kaku untuk menyebut sesuatu yang membuat kita rela menghabiskan waktu dan pikiran kita, tapi tetap menyenangkan untuk dilakukan
- Tags
- Share
- Author Achmad Aditya Avery
-
Quote
Jika kebaikan tidak memiliki kekuatan, maka kajahatan akan mengambil nama kebaikan sebagai jaketnya.
- Tags
- Share
- Author Achmad Aditya Avery
-
Quote
Kebencian hanya akan menghasilkan kebencian yang lainnya. Dendam hanyalah pistol yang kamu arahkan pada kepalamu sendiri. Cacianmu kepada orang yang membuatmu marah hanyalah gunting yang memutuskan ikatanmu dengannya. Pukulanmu adalah racun yang melenyapkanmu secara perlahan.
- Share
- Author Achmad Aditya Avery
-
Quote
Bunga mawar berwarna merah muda itu mati, seiring matinya keindahan hati, seiring matinya nurani. Selamat tinggal hati.
- Tags
- Share
- Author Achmad Aditya Avery
-
Quote
Di mana ada kata berserakan, di situlah sang "buruh perangkai kata" menari dengan penanya.
- Tags
- Share
- Author Achmad Aditya Avery
-
Quote
Memaafkan adalah ramuan terpahit yang pernah kamu minum. Menelan amarah adalah jarum raksasa yang akan menguras semua racun kotor dalam darahmu. Tangisanmu adalah hidangan kemenangan, vitamin dan susu pelepas dahaga. Senyummu adalah sebuah isyarat, tanda kemenangan atas kekalahan amarah yang berusaha menaklukanmu.
- Tags
- Share
- Author Achmad Aditya Avery
-
Quote
Aku adalah bunga di pinggir jalan, berbalut asap knalpot, dilindas mobil, diinjak pejalan kaki, hitam, dekil, tidak berharga. Sampai ketika engkau memindahkanku ke pot yang indah, bermandikan air cucian beras, tanah yang subur, dan senyumanmu saat sedang memberiku pupuk.
- Share