55 Quotes by Lucia Priandarini

Pria bisa pergi. Tapi perempuanlah yang membawa anak mereka ke mana-mana, yang harus menerima tubuhnya berubah, dan mungkin juga masa depannya.

Isi kamar itu bak kekacauan yang masih berusaha ditata. Kekacauan yang adalah keseharian normal Bima.

Di tahun terakhir masa putih abu-abu, aku terpaksa ikut melakukan hal yang nyaris mustahil. Belajar siang malam demi mendapat bangku universitas padahal sedang sayang-sayangnya pada masa SMA

Melawan lupa adalah menolak melupakan apa yang sudah terjadi. Lupa melawan adalah ketika seseorang dihadapkan dengan segala fasilitas dan kemudahan, kemudian ia memilih berhenti melawan.

Bima jarang sedih. Kalaupun sedang sedih, ia senang menyembunyikannya. Tetapi yang ini tidak mampu ia simpan sendiri. Tidak mampu disimpan sendiri, tapi juga tidak bisa ia ceritakan.

Bu, maafin Bima ya. Bima tiap saat berdoa, kalau Bima masuk neraka, Ibu jangan sampai ikut,” Bima berusaha biasa saja, padahal dalam hati ia menahan tangisIbu Bima terkesiap, menatap putranya, tapi juga mencoba biasa saja, “Kalau Ibu berdoanya tiap saat, semoga kamu masuk surga.”“Emang masih bisa ya, Bu?” tanya Bima polos.“Bim, kalau Ibu aja pelan-pelan bisa maafin kamu, apalagi Allah.”Bima terhenyak.“Tapi Bu, kalau Bima boleh minta, Ibu juga harus bisa maafin diri Ibu sendiri,

Dara tahu dirinya tidak berbakat berpura-pura. Ia salut pada orang yang bisa menyembunyikan banyak hal dalam hidupnya.

Kalau ditanya siapa atau apa hal yang gue takuti di dunia ini, gue enggak akan ragu menunjuk diri sendiri.

Orang sering takut pada hal yang enggak mereka mengerti. Gue takut karena gue enggak mengerti diri gue sendiri