Mengapa dunia terlihat absurd bagi Albert Camus? Tanyakan saja pada pohon yang dia tabrak.

Ya, hidup ini memang konyol dan kita beruntung sudah hidup, karena kita dapat merasakan kekonyolan tersebut.

Kita hidup di zaman yang lucu, dimana para saintis sibuk meneliti, para filsuf sibuk berfilosofi, para agamawan sibuk memberi petunjuk. Bukankah jauh lebih indah, jika ketiganya saling bersatu-padu membuat sesuatu?

Semestinya semesta, manusia dan cinta akan selalu bersama.

Cinta terhadap semesta menjadi perdebatan, lalu cinta terhadap pasangan sangat dielu-elukan.

Bukankah sangat naif, ketika makna cinta yang sangat indah, dirusak oleh segelintir remaja puber kemarin sore. Sungguh sangat disayangkan kata cinta telah dipersempit dan dicoreng maknanya.

Cantik, Cerdas, Ceria, Chat, Canda, Cerita, Candu, Cium, Cumbu, Chamber, Cuddle, Condom, Cumshot, Creampie, Children, Chill = Cinta!

Kita selalu jatuh cinta kepada seseorang sebanyak dua kali. Pertama karena kita mencintai kelebihannya, kedua karena kita mampu menerima keburukannya.

Aku berkata pada cinta, bahwa aku tak mau mati sebelum mengenal dan menemukanmu. Lalu cinta menjawab, yang mengenal dan menemukanku tak akan pernah mati.