Sudah saatnya TNI kita juga perlu dilakukan modernisasi, termasuk alutsista dan pembangunan kekuatan secara menyeluruh menuju postur yang handal dalam terminologi yang kita gunakan sekarang ini menuju minimum essential force. Minimum tidak berarti kurang, tetapi kekuatan tangkal yang cukup untuk mengemban tugas-tugas negara. Dan di masa perang bisa kita gandakan untuk menjaga wilayah NKRI.

Wilayah Nasional yang menganga, yang lebar ini harus kita amankan. Jangan menjadi ladang curian negara lain. Jangan menjadi wilayah pelanggaran hukum negara lain, we have to protect it.

Kita pelajari operasi-operasi militer yang dilakukan di seluruh dunia ini, logistik sangat menentukan keberhasilan perang, bahkan dalam peperangan yang semakin modern dewasa ini.

Tidak mungkin industri pertahanan kita, industri dalam negeri kita akan tumbuh dan berkembang kalau kita sendiri tidak mengonsumsinya, kalau kita memilih mengadakan dari negara lain, padahal sistem persenjataan itu peralatan dan perlengkapan itu dapat kita produksi sendiri.

Tantangan selalu berkembang dan berubah. Tentu kita semua memiliki kewajiban dan tugas suci untuk mempertahankan kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk menghalau dan menghadapi setiap bentuk ancaman, baik dari luar maupun dari dalam yang mengancam kedaulatan dan keutuhan negara kita. Itu adalah tugas suci yang akan diemban oleh generasi manapun di negeri kita ini.

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sangat luas, dengan posisi geografis yang amat strategis memerlukan sistem pertahanan yang tangguh. Sistem pertahanan yang didukung oleh tentara yang kuat dan profesional, sehingga memancarkan daya tangkal yang tinggi. Tentara yang ”ditakuti lawan”, ”disegani kawan” dan ”dicintai rakyat”. Tentara yang berada di garda terdepan, dalam mempertahankan setiap jengkal tanah di negeri tercinta ini.

Kita ingin mewujudkan penggunaan kekuatan pertahanan integratif yang mampu mengidentifikasi, menangkal, serta menindak ancaman secara terintegrasi, efektif dan tepat waktu.

To defend our national interests, sedemikian rupa tanpa merusak hubungan baik antara Indonesia dengan negara akreditasi. Di situ diperlukan approach, soft power misalnya.

Kenyataannya memang hubungan antarperadaban, antaragama ini tidak boleh taken for granted. Ini bisa menjadi sumber masalah yang fundamental dan permanen, we have to understand that. Semangat kita adalah bagaimana membikin harmony among civilizations.