Saya anggap suatu dosa apabila mendidik anak-anak yang menjadi harapan masa depan tanpa kemampuan yang sungguh-sungguh dalam menjalankan tugas besar yang menurut pandangan saya sagat mulia dan suci itu.

Kami anak-anak perempuan tidak boleh mempunyai pendapat, kami harus menerima dan menyetujui serta mengamini semua yang dianggap baik oleh orang lain.

Tidak berhak menjadikan anak lahir kalau orang tidak mampu menghidupinya.

Angkatan muda, tiada pandang laki-laki atau perempuan wajiblah berhubungan. Masing-masing secara sendiri-sendiri dapat berbuat sesuatu untuk memajukan, meningkatkan derajat bangsa kami. Tetapi apabila kami bersatu, mempersatukan kekuatan kami, bekerja bersama-sama, maka hasil usaha kami akan lebih besar. Bersatu kita kukuh dan berkuasa.

Dokter itu terang jabatan yang amat baik, tidak semua orang dapat menjadi dokter.

Kepercayaan meletakkan kewajiban besar

Apabila kami menghendaki orang lain mengikuti jejak kami, maka contoh yang kami berikan haruslah sesuatu yang berbicara, menimbulkan rasa kagum dan keinginan untuk menirunya.

Siapa yang kiranya akan dapat lebih baik memperhatikan kepentingan seni Jawa kecuali anak bangsa itu sendiri, yang cintanya kepada seni Bumiputera sudah dibawanya sejak lahir dan tidak diajarkan kepadanya kemudian?

Dan dimana urusan rumah tangga ada di tangan perempuan, di situ sudah barang tentu orang harus mulai mengajar perempuan agar hemat dulu, apabila orang ingin lihat rakyat hemat. Apa gunanya orang laki-laki belajar mengenal kebaikan itu kalau perempuannya sendiri sebagai pemegang rumah tangga tidak tahu nilai uang?