122 Quotes About Khaled-hosseini

Afghanistan adalah negeri milik bangsa Pashtun. Dari dulu begitu, dan akan selalu begitu. Kita adalah orang-orang Afgan sejati, orang-orang Afgan murni, tidak seperti si Pesek ini. Kaumnya mengotori tanah air kita, watan kita. Mereka mengotori darah kita. Aku bilang Afghanistan untuk bangsa Pashtun. Itulah pandanganku. Hitler sudah terlambat. Tapi kita belum - Assef

Aku dan Baba tinggal di rumah yang sama, namun dalam dimensi yang berbeda. Layang-layang adalah lembaran setipis kertas yang bisa menyatukan kedua dimensi itu.

Aku dan Hassan memandang. Menahan tawa. Anak India itu akan segera mengetahui satu hal yang dipelajari oleh orang Inggris di awal abad lalu, yang akhirnya dipelajari oleh orang Rusia di akhir 1980-an: bahwa penduduk Afganistan adalah orang-orang merdeka. Penduduk Afganistan menyukai tradisi namun membenci aturan. Begitu pula dengan adu layang-layang. Aturannya sederhana: Tidak ada aturan. Terbangkan saja layang-layangmu. Putuskan benang lawanmu. Mudah-mudahan kamu beruntung.

Bagi para pengejar layang-layang, hadiah yang paling berharga adalah layang-layang yang terjatuh paling akhir dalam sebuah turnamen musim dingin. Itulah trofi kehormatan yang diperebutkan, sesuatu yang bisa dipajang untuk dikagumi para tamu.

Hingga hari ini, aku merasa kesulitan menatap orang-orang seperti Hassan, orang-orang yang benar-benar serius terhadap kata-kata yang mereka ucapkan.

Dan itulah yang dilakukan oleh orang-orang yang serius dengan setiap ucapannya. Mereka menganggap orang lain juga begitu.

Tapi hampir menang tidaklah sama dengan menang, bukan?

Dia menang, karena pemenang selalu menang dan semua orang lain harus pulang.

Perkataan Hassan ini membuatku bersedih. Aku bersedih untuk jati diri Hassan, dan untuk tempatnya tinggal. Untuk kepasrahannya menerima kenyataan bahwa dia akan menua di pondok tanah liat di halaman, seperti yang terjadi pada ayahnya.