Terkadang memang ada satu atau dua hal yang memaksa kita berpikir untuk tidak berpikir sekali lagi.

Pelukmu bagiku adalah teduh, tempat berlabuh segala asa yang tiba untuk berkeluh.

Tapi percayakah kau, kekasih,bahwa yang tak pernah tergantikandari waktu adalah percakapan?

Bila suatu saat nantiengkau dijangkit penyakit goblokdan tak lagi ingin mengenaliku,maka saat itu, sebiadab mungkinkupastikan aku telah melupakanmu.

Apa yang sia-sia dari manusiasejatinya adalah bertahandalam kebodohan, kekasihku.Dan kau tak akan pernah mengerti,betapa aku lebih memilih menjadi sia-sia,dibandingkan harus melupakanmu.

Semesta mimpi dalam tidurmu itusejatinya terdiri dari ingatan dan tanyayang datang silih berganti.Kadang hanya ingatan yang tiba,kadang pula tanya serupa gema.Tapi tentu,tentu kau bolehmemaknainya sesuka hati.

Dalam berpuisi,bahasamu boleh saja tinggi,tapi hatimu tetap harus rendah.

Detik-detik menuju pulang:Yang patah pada rantingbukanlah kayu,melainkan hatiku.

Bila pada suatu minggu engkau diracuni beribu rindu yang halu, maka pastikan engkau punya cukup penangkalnya;temu.