#Bijaksana
Quotes about bijaksana
Bijaksana, a term deeply rooted in wisdom and discernment, represents the art of making thoughtful and informed decisions. It embodies the ability to navigate life's complexities with a balanced perspective, combining knowledge, experience, and insight. In a world often characterized by haste and impulsivity, bijaksana serves as a guiding light, encouraging individuals to pause, reflect, and choose paths that align with their values and long-term goals. People are naturally drawn to quotes about bijaksana because they offer timeless reminders of the importance of patience, understanding, and clarity. These quotes resonate with those seeking to cultivate a deeper sense of awareness and purpose in their lives. They inspire introspection and provide comfort in knowing that wisdom is not an innate trait but a quality that can be nurtured and developed over time. As individuals strive to lead more meaningful lives, the pursuit of bijaksana becomes a journey toward personal growth and fulfillment, making it a compelling and enduring topic for reflection and inspiration.
Kebencian memang memberi kita kekuatan yang besar, tapi tak membuat kita bijak dalam menggunakannya.
Waktu kamu menyimpan apa yang kamu dapat hanya untuk dirimu, tubuhmu yang akan menolaknya sendiri. Ambil dan makanlah secukupnya.
Perang terjadi karena manusia berpikir pendek dan mengikuti emosi, terutama rasa takut. Filsafat Cina, Tao Teh Ching berkata, 'Rasa takut menyebabkan senjata dikumpulkan. Sebenarnya tidak ada yang suka perang. Para bijak akan selalu menghindarinya.' Sama seperti semua hal buruk lainnya. Tapi, kalau bergerak dengan perencanaan dan taktik, tujuan sebesar apa pun bisa dicapai.
Aku tidak akan membiarkan perasaan bersalah atau orang lain menghakimiku, karena mereka tidak berhak melakukannya. Biarlah Tuhan kelak yang menghakimiku.
Kita harus bersiap dengan kemungkinan terburuk. Tapi jangan biarkan emosi, rasa marah, kebencian kepada lawan membuat penilaian kita menjadi keliru. Tetap fokus pada tugas masing-masing. Marah, tindakan nekat membabi-buta hanya membuat lawan kita tertawa.
Salat dan silat itu ditakdirkan hanya berbeda sedikit penyebutan. Sesungguhnya, keduanya jalan menuju Tuhan jua.
Mungkin tidak tepat terlalu berharap, atau aku telah salah berharap kepada sesama manusia. Berharap itu memang hanya kepada Tuhan Maha Pencipta.
Orangtua itu ibarat tonggak negeri. Kalau orang tua itu sendiri yang lemah dan goyah, apa yang mau diharapkan?
Urusan sepenting apa pun bisa menunggu, tapi makanan hangat tidak. Jika tidak segera disantap, dia akan dingin.
Kita boleh ditinggalkan, tapi jangan mau merasa ditinggalkan. Kita boleh dibuang, tapi jangan merasa dibuang.